Ikatan Penulis Mahasiswa Al Khoziny yang disingkat IPMA adalah sebuah
wadah atau organisasi kemahasiswaan yang berada di STAI Al Khoziny. IPMA
dilahirkan lewat tangan pena Bapak Muhammad Zainal Abidin, M.Pd.I pada tahun
1996. IPMA menjadi pelengkap sebuah organisasi intern kampus. Keberadaan IPMA
di Kampus Al Khoziny sangatlah dibutuhkan karena organisasi ini, membidangi
kepenulisan dan Jurnalis.
M. Zainal Abidin adalah seorang dosen jurusan PAI dan mantan Ketua
Jurusan PAI. Tujuh belas tahun yang lalu, kang Zainal kerap kali ia disapa oleh
teman-teman pesantren dan kampusnya. Kang Zainal adalah seorang santri yang
mempunyai keahlian menjahit dan menulis, beliau berhasil menitih dan mendirikan
IPMA yang sekarang kita kenal ini, dengan penuh perjuangan. Sering
kali beliau bercerita dalam forum kegiatan IPMA, bahwasanya IPMA didirikan
penuh dengan perjuangan dan keikhlasan.
Al kisah : jauh sebelum era reformasi, kang Zainal yang di bantu
oleh teman-temannya, mengadakan sebuah perkumpulan tentang kepenulisan. Pada mulanya
beliau hanya menerima jasa pengetikan makalah. Jauh setelah itu, banyak
diantara mahasiswa yang menyalah gunakan jasa pengetikan kang Zainal, dkk, mereka
tidak hanya menyuruh kang Zainal mengetik makalah saja, tapi mereka meminta dibuatkan
makalah. “Hampir semua makalah mahasiswa pada waktu itu, yang mengerjakan saya”
kata laki-laki yang juga alumnus PMII itu. Dengan bakat menulisnya, pekerjaan
itu tidak membuat kang Zainal susah, disinilah kang Zainal mendapatkan penghasilan
dari jasanya tersebut. Uang yang ia dapat dari usahanya itu, menjadi modal
utama untuk menerbitkan majalah SUNNY.
Majalah SUNNY adalah barometer IPMA. Organisasi ini ada dikarenakan
adanya majalah SUNNY. Selang beberapa tahun majalah SUNNY menjadi perhiasan
kampus STAI Al Khoziny. Hampir semua dosen mendukung penerbitan majalah yang
berbasis NU itu. Para dosen memandang setiap perguruan tinggi selayaknya
memiliki media cetak. Penerbitan majalah SUNNY yang pertama kali tidak lepas
dari Nasir, S.Ag. beliau adalah Pimpinan Redaksi majalah SUNNY pertama dan
sekarang beliau menjadi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Majalengka.
Ke-independenan IPMA
Selang beberapa tahun tepatnya tahun 1996 kang Zainal berhasil dan
bisa bernafas lega IPMA terlahir dengan sempurna setelah beliau lulus dari
S1-nya. IPMA terlahir murni dari tangan mahasiswa bukan dari SEMA yang sekarang
lebih dikenal dengan sebutan BEM. IPMA lahir secara independen, akan tetapi
selang beberapa tahun banyak dari generasi mahasiswa yang tidak mau menulis dan
emang tidak ingin belajar menulis. Perlahan tapi pasti IPMA kehabisan suara
untuk mencerit mengenalkan kampus Al Khoziny ini, lewat medianya. Pada tahun
2005 IPMA mengalami mati suri selama empat tahun lamanya.
Setelah IPMA mengalami mati suri, ada diantara mahasiswa yang
peduli dengan nasib media kampus ini. Pada tahun 2010 IPMA dimasukkan badan
otonom atau berada di bawah naungan BEM. Presiden Mahasiswa pada waktu itu Ali
Al Fatah mengatakan dalam forum Mubes (Musyawarah Besar) BEM, IPMA menjadi
badan otonom BEM, sebagai bentuk keperdulian mahasiswa kepada organisasi yang menerbitkan
majalah SUNNY ini.
Kebingungan dalam memilih mahasiswa yang mempunyai potensi menulis
dan kepedulian terhadap IPMA dalam memimpinnya. Aminatus Zuhriyah, S.Pd.I
adalah wanita pilihan Presma. Ali Al Fatah memberikan kepercayaan kepada wanita
yang kerap kali di sapa Ning Ena ini. Ning Ena yang juga memiliki garis
keturunan dari pendiri kampus ini, menjalankan roda organisasi penuh dengan
perjuangan dan ke-ikhlasan .
Al kisah: ning Ena, di tunjuk langsung oleh Presiden Mahasiswa
untuk menjadi Ketua Umum IPMA. Dengan kesungguhan dan keperdulian terhadap masa
depan Jurnalis Al Khoziny, ning Ena bersedia menjalankan mandat dari sang
Presiden itu. Kerja keras yang dilandasi keikhlasan akhirnya ning Ena bisa
bernafas lega disaat IPMA telah memiliki kantor sendiri yang terletak di lantai
III. Ya, meskipun kantor itu relative kecil. Setelah bernafas lega, ning Ena
tidak tidur, dia berjalan perlahan tapi pasti. Dalam menjalankan roda
organisasi ini, ning Ena dibantu oleh Yannu Feriadi yang menjadi wakilnya.
Setelah ning Ena ditunjuk menjadi Ketua Umum, beliau kebingunan
mencari singkatan IPMA. Beliau mengira huruf “M” itu singkatan Mahasiswa.
Setelah di klarifikasi ternyatan hurus “M” itu mempunyai singkat Muda. Dan
mempunyai filosofi tersendiri. Kini IPMA berkembang tidak hanya majalah saja
yang di tekuninya, melainkan Bulletin, Mading dan Koran. Itulah bidang yang
berada di IPMA dan menjadi wadah kreasi mahasiswa.
Pada tahun 2011 di bawah kepemimpinan Hj Fauziyah Ismail, IPMA
telah berhasil mengkader dua anggotanya menjadi wartawan Majalah Nahdhatul
Ulama Aula dan anggota Forum Lingkar Pena Cabang Sidoarjo.
Semoga IPMA berhasil
mengkader anggotanya menjadi penulis yang handal sesuai dengan harapan kita
bersama, Amin….. Oleh Moch. Rofi'i Boenawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar